Friday, February 24, 2012

240212, Menjelang Tengah Hari

Cintaku, hanya segenggam jiwa usang yang kerap mendekap kala dini hari menjelang.
Merubahku menjadi seorang pesakitan yang mecicipi anyir darah secara gila.

Rasaku, sengaja tak kuberi dia analgesik agar tetap terus meracau tentang aku, kau, dan panekuk yang sering kusimpan diam-diam depan pintu rumahmu.
Memang, tak lagi kutemukan cinta sejati seindah saat syair jalang semacam yang kubuat beberapa waktu lalu.

Cinta ini... lebih seperti imajiner perlawanan antara kenyataan yang kupandang sarkastik dan perasaan yang irasional. terlepas dari semua itu, aku hanya diriku dan mimpiku sendiri.
Mimpi akan kita, dan segelas susu coklat kental yang menghidupi raga saat jendela buram kita, kembali berembun saat pagi menjelang...

Tidak, tidak...
Aku bukan penyair pengisi secangkir rasa yang terjamah dalam sebait rindu.
Tapi kalimatku, berbaris merangkai kata, mengisyaratkan perangku melawan duka.

Tapi ada satu yang menggangguku.
Sebuah lagu, dengan beberapa nada didalamnya, yang secara harfiah, membuatku lemah saat melawan perih.
Tapi entah mengapa, aku cinta sakit ini dalam pekatnya gelap tengah malam.
hitam.

biar kupenggal sejenak baris yang tersurat...

No comments:

Post a Comment