Wednesday, November 30, 2011

Elegi Malam Sepi

Satu ricauan asal -- namun penuh akan pengakuan hati -- kembali tumpah.

Meskipun hiruk pikuk, canda tawa selalu meruah ditempat yang selalu kukeruk rizkiNya, entah kenapa, selalu saja ada kau menggemuruh dalam air yang menggenang, dalam angin yang tenang, dalam tatapan mata yang datang.

Satu kedipan, satu hembusan dan satu detakan, kemudian menjelma syair kerinduan. Kubunuh ia berulang-ulang, namun tetap saja ia lahir dan kembali merajut rindu yang fasih akan namamu. Barangkali, sudah hakikatnya untuk abadi dalam impiannya untuk mentasbihkan namamu.

Aku menyemat kata, kau merangkai nada, dan Tuhan kita yang Satu itu, mencipta hujan sebagai irama. Mungkin kau pernah dengar akan simfoni-Nya. Lalu, kenapa kita tidak menyanyikan desah rindu yang sama ? atau sepertinya, aku tetap bersikeras akan rinduku dibalik gorden jendela kesayangan, dan juga kamu, dengan dia yang selalu menjadi dilema.

Baiklah bila demikian. Biarlah malam nanti kusisihkan sedikit tenaga agar mampu datang menjelma kunang-kunang di mimpimu, berdenyar di dadamu, lalu mati tepat dihatimu...

Tuesday, November 29, 2011

Masih Sama Seperti Dulu

Aku buat tulisan ini hampir 2 bulan yang lalu, persis di penghujung bulan dan persis waktunya ketika menjelang diksar.


Bulan ini jarang rasanya aku menampak hujan turun.
Meski memang, sempat kemarin-kemarin gerimis menyapa sebelah hati yang risau di sore hari.

Saat itu, setiap tetes yang turun berkembang, merubah warna aspal menjadi kehitaman dengan genangan
yang barangkali, kau dapat berkaca akan dirimu, akan rasamu yang lugu, didalamnya.

Serupa gerimis yang menderas, kuteduhkan segenap debar rasa sesuai irama yang merintik pada sajak-sajakku,
yang tak bertanda, tak jua bernada.
Namun, seolah telah kumasukkan jiwa kedalamnya, ia bisikkan setiap baris do'a yang terpanjat dibalik bayang untuk mempertemukan kita, meski hanya sebilah jantung kelak berdetak.

Sajakku kali ini, tentang hujan, cerita tentang rinai, senda gurau dengan mendung yang kelabu, namun masih dapat mencipta pelangi yang barangkali, beruntung untuk kulihat setelahnya.

Tak kusangka, pagi ini langit enggan menampakkan dirinya.
Barangkali ia lupa, bahwa sekarang adalah waktunya engkau untuk memberitahukan, bahwa pasir sebenar putih, matahari sebenar jingga, dan pelangi sebenar cahaya. Tapi kali ini, mendung yang bertahta.

Benar.
Tak lama kemudian rintik-rintik mulai turun dengan seperti biasa, memberi aroma yang khas dan nada yang tak beraturan.
Beruntung, air mata kehilangan telah kusembunyikan dibalik awan.
Pun kau takkan tahu saat ia turun menderas sebagai hujan.

"hujan..."
Kuletakkan sebelah tanganku menengadah, mencoba menampung setiap apa yang tertinggal dari sisa-sisa tangis pagi ini.
Jarang rasanya, pagi ini, kota yang kau tinggalkan dirundung gerimis sesaat setelah fajar menyingsing.
Payung-payung bermekaran. tapi mengapa tidak dengan hatiku? apakah ia hanya akan selalu menguncup jika tidak ada, kamu?

"sial!"
Ada janji pagi ini.
Seandainya saja langit pagi ini sama dengan pagi-pagi yang lain, akan kuajak kau menemui nisan rinduku siang ini, menemui rindu yang telah terkubur dan melayang dengan keabadiannya.
Ya, semoga saja, ia menemukan Tuhannya ataupun, Tuhan yang baru. tapi kurasa, tak mungkin...

Hujan berhenti.
Selesai sudah kenanganku yang membulir bersama dahan-dahan basah yang mengering. cepat menguap kembali, agar aku bisa menemuimu dalam balik gerimis !
Semoga hujan ini, menjadi penyadap kata-kata yang kelu di lidah, tentang rasa yang tak sanggup kusampaikan oleh suara, tak mampu diutarakan oleh mata....

Bukan Peserta Sayembara

AKU DATANG BUKAN UNTUK SEBUAH SAYEMBARA, TAPI AKU DATANG UNTUK MENCARI SEBUAH HATI YANG BERANI MENENTUKAN PILIHAN, HATI YANG MAU MENERIMA MASA LALU SEBAGAI BAGIAN DARI PROSES YANG DIA LEWATI BUKAN HATI YANG BERUSAHA MELUPAKAN MASA LALU…dengan sebuah sayembara memperebutkan hati..

Aku mungkin pengecut, aku mungkin penakut, aku mungkin lari terbirit-birit, tapi aku bukan pengejar cinta tanpa harap. AKU BEGITU MENCINTAI SANG PUTRI, namun aku tak mau ada dalam sayembara, aku ingin sang putri menentukan pilihan. Bukan karena seberapa besar usaha sang pangeran atau pencari cinta, tapi karena hati sang putri telah menentukan.

AKU MEMILIH HIDUP DENGAN ORANG YANG MENCINTAI AKU SUPAYA AKU BERUSAHA HIDUP UNTUK MENCINTAI DIA DARI PADA AKU HIDUP DENGAN ORANG YANG AKU CINTAI DAN MEMAKSAKAN DIA UNTUK MENCINTAI AKU.

Monday, November 28, 2011

Kepada Langit Malam

Malam terlihat begitu menenangkan. Seakan berusaha membantuku menghilangkan sakit yang terus menekan di dada. Aku terpaku menatapnya. Menatap hamparan langit hitam tanpa bintang, hanya bulan yang dengan anggun bersinar.

"Apa yang kau lakukan ?" Tanya suara dibelakangku, suara perempuan.

"Ah kau rupanya. Tidak ada, hanya memandang langit malam" jawabku setelah menoleh dan meilhatnya. Sekarang dia sudah di samping ku.

"Menikmati waktu dengan bulan ? Kebiasaan mu yang satu itu tak pernah hilang ya " dia tersenyum manis. Sayangnya itu terasa pahit untuk ku

"Mungkin hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa tenang" aku berpikir sebentar "selain berbicara dan melihat senyumanmu" tambah ku sambil tertawa pelan

"Kau masih saja seperti dulu. Tak pernah berubah.... Tetap penuh canda" ujarnya sambil ikut tertawa

"Beginilah aku. Senang atau sedih, yang akan kau lihat hanyalah senyumanku" aku menatapnya sambil tersenyum

"Itu yang membuatku tak pernah yakin padamu" nada bicaranya berubah serius

"Bisakah kita tidak membahas ini ? Setelah sekian lama kita tak berjumpa, aku hanya ingin berbicara denganmu tanpa mengingat kau telah mengacuhkanku" aku kembali menatap bulan. Berharap dia akan memberi tameng untuk hatiku

"Aku....." Dia meminum cairan dari gelas kaca yang dia pegang "maafkan aku..."

"Kau tak perlu minta maaf. Aku menyadarinya. Aku tak berhak menuntutmu untuk selalu ada. Aku sahabatmu kan ? Seorang sahabat haruslah mengerti perasaan sahabatnya. Jika kau ingin menjauh, tak perlu ragu untuk melakukannya" jelasku. Tanpa menatapnya. Menyembunyikan air mata yang menggenang berlomba-lomba untuk meloncat dari mataku.

"aku senang kau mengerti itu" meskipun tak menatapnya, aku tahu dia mengatakan itu dengan senyuman di bibirnya.

Pedih. Bulan, tameng yang engkau berikan tak cukup kuat untuk melawan senyumnya.

"Kau tau ?" aku menoleh ke arahnya "senyumanmu bagaikan bunga mawar bagiku"

"Kenapa kau berkata seperti itu ?" Tanya dia dengan wajah penasaran. Oh tuhan, dia begitu mempesona...

"Ya bagaikan mawar. Indah dan menyakitkan disaat yang sama" jelasku

"Menyakitkan ?" Tanya dia tak mengerti

"Terlalu cantik, sampai-sampai hati ini sakit mengingat bahwa senyuman cantik itu terbuat bukan untukku" ucapku setelah menenggak habis minuman di tanganku

"Aku...." Ucap dia pelan

"Kau tak perlu berkata apa-apa. Itu hanya ucapan bodoh dari sang pecundang" aku berusaha keras menahan air mata ketika mengucapkan itu. Sulit untuk menerima kenyataan bahwa aku adalah sang pecundang.

"Jangan berkata begitu. Kau bukanlah pecundang" kata dia seraya memegang bahuku

"Hey, jangan bersikap seperti ini. Apa jadinya kalau dilihat orang nanti" aku mendorong halus tangannya dari bahuku. Berlawanan dengan hatiku yang terlonjak kegirangan hanya karena sentuhan itu

"Memangnya kenapa ?" Tanya dia

"Apa kata orang bila melihat mempelai pria berbaur dengan tamu sementara sang mempelai wanita ada di beranda memegang bahu seorang pria yang semua orang tau bahwa pria itu pernah nyimpan cinta terhadap sang mempelai wanita ?"


Wahai langit malam,
 jadikanlah aku mimpi yang menghiasi di setiap tidurnya, meskipun ketika pagi datang, aku akan terlupa

Wahai langit malam,
 jadikan lah aku angin sepoi sepoi ketika dia terlelah, meskipun aku tau aku hanya akan jadi angin lalu

Wahai langit malam,
 jadikan lah aku segelas minuman hangat untuk menghangat dia ketika hujan datang, meskipun aku tau aku akan segera habis dan terlupakan

Wahai langit malam,
 jadikan lah aku bintang agar aku bisa menatapnya ketika dia melihatmu, meskipun aku tau aku mungkin tak terlihat karena cahaya sang bulan

Wahai langit malam, 
jadikan lah aku debu dibawah cerminnya,agar aku selalu bisa melihat senyumnya walau itu tak pernah untukku..


Wednesday, November 23, 2011

Mencintai Tanpa Syarat

Menemukan kata-kata sakti di forum tetangga, dan mungkin cuma pengen share aja ke semuanya yang mampir ke blog ini walopun hanya menengok aja.

 “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam pernikahannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit...”


Adalah kata-kata dari Eko Pratomo Suyatno seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini. Usia Beliau sudah tidak muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Cobaan untuk Pak Suyatno dimulai saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.


Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka.

Sempat dibujuk untuk menikah lagi oleh anak-anak beliau karena tidak tahan melihat ayah mereka setiap hari merasakan lelah untuk merawat Ibu mereka dan supaya Ayah mereka menikmati masa tuanya dengan bahagia, tapi dijawab demikian oleh Pak Suyatno :

”Anak-anakku. ..Jikalau pernikahan  dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit." 


Dan kata-kata beliau yang paling sakti ketika diundang oleh salah satu TV swasta sebagai narasumber adalah:

" Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya..."BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH".



Semoga Allah memberkahi para suami yang sholeh dan istri yang sholehah.

Sunday, November 20, 2011

Untuk Kalian #2

Teman..
Tak terasa kita sudah di penghujung perjalanan
kita bersama

menjelang dikorg 16
Perjalananku dengan kalian mungkin akan berakhir.
Tapi untuk kalian perjalanan masih panjang.
Dan kalian akan membuat sejarah kalian sendiri.

lalu apa yang membuatmu ragu?

kita mencoba
kita gagal
kita berhasil
kita hidup

tanpa obsesi atau ambisi, hidup ini tak berarti..
tanpa harapan dan mimpi-mimpi, orang sepertiku akan mati..

tertawa, menangis
tersenyum dan meringis
kita mengalami semua dalam waktu di dunia

teguhkan niatmu
dan mulailah melangkah
tak lupa doa teriring
agar kelak kau tak salah arah

tetaplah tersenyum seperti ini, karena besok adalah waktu kalian.



Mungkin ada beda antara kita 
Tapi bukan untuk dijadikan pemisah. . . .
-The Rain - Karena Kita Untuk Kita -



Friday, November 18, 2011

Untuk Kalian

Ternyata memang benar. . . 

TUHAN TAK AKAN MENJANJIKAN HUJAN TANPA PELANGI. . . .

Makasih ya buat kalian yang bisa menjadi pelangi ketika aku "kehujanan"
Thank You so Much for this wonderful tonight.

Thursday, November 17, 2011

Wednesday, November 16, 2011

Bukan Malaikat

Aku bukan malaikat.

Terkadang memang harus menutup mata seakan tidak melihat.
Terkadang memang harus menulikan telinga seakan tidak mendengar
Terkadang memang harus memalingkan muka seakan tidak bertemu.
Terkadang memang harus memunggungi seakan tidak sadar.

Kalian bukan malaikat.

Tak selamanya yang lurus adalah lurus.
Tak selamanya yang indah akan tetap indah.
Tak selamanya yang putih pasti putih.
Tak selamanya yang manis selalu berakhir manis.

Kita bukan malaikat.

Menangis bukan bearti teriris.
Tertawa tak selamanya gembira.
Bisu bukan bearti lugu.
Berkata tak selamanya bijaksana.

Tapi selama bisa membuat kalian bahagia.
Aku adalah malaikat.

Sunday, November 13, 2011

Simpan Logikamu

segar
adalah aroma tanah setelah hujan
menari di pelataran
diantara katak yang menari dan cicit tikus di selokan.

ada Tuhan disini, sedang menyapa
dalam ketiadaan di depan mata
dibalik gelap di rerumputan

sedang tersenyum 
melihat kecebong yang berenang di genangan
melihat semut menyusun sarang yang kebanjiran


hujan sudah berhenti
mari temani bumi
temani aku menemui sajak - sajak dalam bait yang baru lahir
temani para laron yang mengerubungi lampu jalan
ada Tuhan disini

Dia tersenyum
perlahan membelai mawar basah di taman yang sedang berterima kasih
merapikan lumut di tembok - tembok yang tak terurus
memberi makan nyamuk dengan darah - darah kita

hentikan dulu otakmu yang tuli
biarkan hatimu menyentuh basah dedaunan di halaman
biarkan paru - parunya menghirup hawa malam 
raba basahnya tanah 
rasakan cacing - cacing yang menggeliat girang


lihatlah langit yang menyisakan mendung itu 
mengistirahatkan bintangnya malam ini
maka tanggalkan dulu segala yang kau kejar itu

tidakkah begitu indah
Tuhan mengisi bayangan istri di hati para suami 
yang kini sedang meluncur pulang di jalan raya ?

tidakkah begitu menakjubkan
bagaimana Tuhan menuliskan rindu di hati para kekasih 
yang terpisah jarak dalam dingin malam ini ?

seorang ibu sedang menyusui bayinya 
ditengah badai salju di sudut dunia sana 
dimana Tuhan menambahkan hangat 
di lilin kamar untuk mereka berdua


seorang anak memeluk salib kecil di dadanya
berharap Ayahnya pulang dan memenangkan perang
memenuhi janji menemaninya menyelesaikan rumah pohon di halaman belakang 
ada Tuhan disana, terhanyut dalam harap sang anak 
mengantarkan mainan dan meletakkannya di depan
 perapian untuk menghibur hati kecilnya yang sedang ngilu

di Masjid yang sepi di sebuah perkampungan
Seorang kakek sedang bersujud khidmat
 mendoakan kesehatan cucu - cucunya
ada Tuhan disana 
duduk di belakang
mengusap punggung lelah sang kakek tua
merapikan rambut tipisnya yang penuh uban
dan mengantarkan doa - doa itu
satu - persatu menuju riang cucu - cucunya yang sedang bermain

di keheningan malam hari
setelah hujan
Tuhan 
melelapkan hati dan kebencian dalam nyenyak yang damai
dalam ketidak-tampakkan
maka simpanlah dulu logikamu
di kantong baju



Tuesday, November 8, 2011

3M = Malam Malam Melamun

Maukah kau sekali lagi melukis dan memberi nada pada malam?
Perdengarkanlah aku dengan ucap dan intonasi suaramu yang khas.
Raihlah bulir-bulir rindu dan genggamlah dalam hangat pedulimu.
Hingga aku tak lagi terkekang sunyi yang terlabur oleh bayangmu.
Dan kantuk akan menjemputku bersama sebuah senyum damai.

#Efek insomnia gak bisa tidur gara-gara mabok susu

Sunday, November 6, 2011

Kenapa Harus Badut ?

Selamat pagi dan selamat Idul Adha bagi yang merayakan. Semoga Idul Adha kali ini memberi berkah bagi kita semua. Amin.


Pasti dari kita gak pernah berpikir kalau badut itu benar-benar profesi yang super. Sungguh terkadang aku iri dengan seorang badut yang selalu tertawa. Seolah dia tak punya beban yang ditanggung. Dia begitu menikmati dunianya yang dipenuhi dengan tawa. 



Aku melihat seorang badut bersembunyi dalam senyum palsu, terus tertawa, terus ceria, demi melihat mereka yang disayangi tersenyum.
Aku melihat seorang badut tertawa seolah tak pernah terluka, luka di badan nampak berdarah, luka di hati siapa yang tau??
Sebuah pertanyaan besar. Bolehkah seorang badut menangis, dengan senyum lebar di wajahnya? Ada yang bisa jawab?




Hai badut... Mengapa kau terus saja tertawa...
Tak sedetikpun engkau cemberut...
Benarkah dihatimu tak pernah ada duka...?

"Ini tuntutan profesi..., aku ini badut...
tak mungkin aku bisa menghibur kalau aku terus cemberut... 
Tentang duka dan air mata...sudah ku titipkan semua..
pada langit malam yang bercahaya..., 
bersama lantunan bait doa dan gumpalan asa...diantara masa jeda...
saat aku bisa bercengkrama dengan pemilik jiwa...", jawabnya.

Aku hanya bisa terpaku...
Tanpa bisa bicara...
Sempurnakah hidup yang dia punya...
Saat semua duka tertutup syukur dan doa...?

Aku ingin kembali bertanya...
Tapi ku telan semua kata...
Saat ku lihat dia kembali ke arena...
Dengan senyum diatas semua dukanya...





Tanpa sadar terkadang memang kita harus menjadi badut.

Friday, November 4, 2011

Menghargai Hidup Tiap Satu Tarikan Nafas

Apa arti hidup? seringkali saya bertanya pada diri sendiri sebenarnya arti hidup itu apa. Setiap orang punya jawaban yang beda-beda pastinya kalau ditanya soal arti hidup. Karena bagaimanapun juga perjalanan hidup orang serta inspirasi hidup orang itu berbeda satu sama lain. Kalo bagi saya sih hidup itu menghargai segala hal yang kita peroleh meskipun besar kecil baik buruk. Ya itu menurut saya, kalo menurut anda apa?

Malam ini gerimis kembali turun, tidak terlalu deras karena memang cuma gerimis. Tapi sebenarnya aku berharap awan sedang gamang dan kembali mengeluarkan banyak titik titik air untuk menghujam bumi. Jujur aja deh, pasti kita didalam kehidupan sehari-hari seringkali merasa penat akan hal-hal yang mungkin 'gak penting' menurut kita. Tapi gak ada sih sesuatu yang gak penting karena pada dasarnya manusia itu kebanyakan memang hanya memandang sesuatu dari satu sisi. Kita tak pernah merasakan ketika kita berada di posisi yang berbeda. Awalnya juga saya pun merasa banyak hal-hal yang gak penting, tapi kita sebenarnya gak berhak men-judge hal tersebut gak penting. Apapun itu, baik buruk besar kecil kuat lemah saya belajar untuk menghargai itu semua karena

Life is about trusting our feelings and taking chances, 
losing and finding happiness,
appreciating the memories 
and learning from the past.









Rintik hujan ini seolah tertawa,
menghardik hati yang berusaha sekuat tenaga menanti.
Tak pernah mencoba ku hitung berapa rintik yang menertawaiku.
Seratus? Seribu?
atau bahkan tak terhitung?
Entahlah. . . . 
Aku coba tak menghirau demi kau di timur sana.
Kini kau bergumam dengan duniamu.
Berirama dengan dawai jalanmu.
Aku coba mengerti tapi apa salah setitik cinta merindu.

Hatilah yang mencipta damai,
seperti titik nadir penciptaan semesta.
Serupa aku dulu,
termenung dalam satu ruang hampa.
Sebelum akhirnya kutemukan jawaban pencarian itu diujung senja.

"kau hanya kosong tanpa aku"kata awan pada langit

"lupakah?tanpa aku kau tak berarti apa-apa" ujar langit merendah

"....."sunyi senyap

Sapa lembut angin senja menyapuh hatinya yg di peluk rindu.
Rindu yg teramat dalam.
Ada tabir dibalik selaksa pilar hati yg tak nampak.
Hatinya yg tak kunjung bangkit dari serpihan.

"seperti apa rasanya mati" gumam awan di hempas ragu.

"mati,itu hampa Jika sekarang kau menginginkannya" jawab langit searah hati.

"hampa seperti apa!" teriak awan melepas angkara.

"seperti bintang kala malam dan aku" langit hanya tersenyum lalu diam.

"ya? bintang kala malam awal November yang tak nampak dan aku bayangan tak berpijak." ujar langit lirih.

Tuesday, November 1, 2011

Menginjak Bulan November

Gak kerasa sekarang udah bulan November aja, sebentar lagi banyak amanah yang(semoga)akan terselesaikan.
Seharian ini gak kemana-kemana karena emang lagi batuk parah. Istirahat-istirahat karena besok masih ada UTS (derita mahasiswa tingkat akhir yang masih dapet jatah UTS). Tiduran, baca catetan, kebelakang, makan, tiduran lagi, makan lagi, males baca catetan lagi. Kacau deh pokoknya hari ini.

Sekarang juga masih hujan, agak deres tadi. Bikin rencana mau ngopma hari ini batal. Bisa tambah parah ke kopma ujan-ujan gini.

Bikin segelas chococino hangat yang menemani aku belajar lagi. Menjelang senja di hari Selasa.

Untuk bulan November..
Senja dan jingga...
Telah kirimkan semua larik kata...
Dan seperti yang kau pinta...
Satu senyum ku cipta...
Ku titipkan pada mega...
Bila nanti ada tangga bianglala...
Kau akan dapati gurat senyumku di sana..


Selamat datang bulan November, semoga kau tetap bersahabat buat kami.