Monday, March 12, 2012

Bukan Sekedar Galau

Bulan ini jarang rasanya aku menampak hujan turun.

Meski memang, sempat kemarin-kemarin gerimis menyapa sebelah hati yang risau di sore hari.


Saat itu, setiap tetes yang turun berkembang, merubah warna aspal menjadi kehitaman dengan genangan

yang barangkali, kau dapat berkaca akan dirimu, akan rasamu yang lugu, didalamnya.

Serupa gerimis yang menderas, kuteduhkan segenap debar rasa sesuai irama yang merintik pada sajak-sajakku,

yang tak bertanda, tak jua bernada.

Namun, seolah telah kumasukkan jiwa kedalamnya, ia bisikkan setiap baris do'a yang terpanjat dibalik bayang untuk mempertemukan kita, meski hanya sebilah jantung kelak berdetak.

Sajakku kali ini, tentang hujan, cerita tentang rinai, senda gurau dengan mendung yang kelabu, namun masih dapat mencipta pelangi yang barangkali, beruntung untuk kulihat setelahnya.

Tak kusangka, pagi ini langit enggan menampakkan dirinya.

Barangkali ia lupa, bahwa sekarang adalah waktunya engkau untuk memberitahukan, bahwa pasir sebenar putih, matahari sebenar jingga, dan pelangi sebenar cahaya. Tapi kali ini, mendung yang bertahta.

Benar.

Tak lama kemudian rintik-rintik mulai turun dengan seperti biasa, memberi aroma yang khas dan nada yang tak beraturan.

Beruntung, air mata kehilangan telah kusembunyikan dibalik awan.

Pun kau takkan tahu saat ia turun menderas sebagai hujan.

"hujan..."

Kuletakkan sebelah tanganku menengadah, mencoba menampung setiap apa yang tertinggal dari sisa-sisa tangis pagi ini.

Jarang rasanya, pagi ini, kota yang kau tinggalkan dirundung gerimis sesaat setelah fajar menyingsing.

Payung-payung bermekaran. tapi mengapa tidak dengan hatiku? apakah ia hanya akan selalu menguncup jika tidak ada, kamu?

"sial!"

Ada janji pagi ini.

Seandainya saja langit pagi ini sama dengan pagi-pagi yang lain, akan kuajak kau menemui nisan rinduku siang ini, menemui rindu yang telah terkubur dan melayang dengan keabadiannya.

Ya, semoga saja, ia menemukan Tuhannya ataupun, Tuhan yang baru. tapi kurasa, tak mungkin...

Hujan berhenti.

Selesai sudah kenanganku yang membulir bersama dahan-dahan basah yang mengering. cepat menguap kembali, agar aku bisa menemuimu dalam balik gerimis !

Semoga hujan ini, menjadi penyadap kata-kata yang kelu di lidah, tentang rasa yang tak sanggup kusampaikan oleh suara, tak mampu diutarakan oleh mata....

No comments:

Post a Comment