Wednesday, May 23, 2012

Tak Butuh Untuk Tahu


Aku tak mengerti apa yang dikatakan dunia, tapi aku merasa desakan emosi yang kuat di dalam dada yang bisu bertulang dan menyerap semua kata batin.

Mengapa dibiarkan sampai menjebol, menggumpal, menggelembung, bergulung-gulung, sampai udara jadi basah, sampai hanyut di tangisku, sampai terasingi, sampai aku bicara dalam bahasa yang terendam dan tenggelam.

Aku tak paham, isyarat ku tak dipahami, aku serasa mati dalam rumah sendiri.
Aku perangkat sempurna, lebih dari segala, aku ditumbuhi imajinasi tapi selalu tersakiti, aku menyembuhkan tetapi semakin menganga lukaku ini.
Tidak, bukan luka, mungkin hanya sepi.

Aku adalah bagaimana aku memaknai,
dan aku hidup bukan sekedar bagai ironi dalam hati.
Kadang ungkapan jiwa ini mati tak bermakna, tak teringat, dan tak tersampaikan
yang hidup hanyalah kekecewaan yang tak terlupakan.


aku bukan seorang yang patut disandarkan
karena aku pun rapuh mendengar lirih hujan malam ini
tapi aku siap mendengar
tatkala kau tak sanggup berbicara...


No comments:

Post a Comment