Sunday, October 7, 2012

Diksar 100

Ini kesekian kalinya aku masih terjaga malam ini, dan berapa kali aku tak bisa memejamkan mata dan duduk ditemani monitor empat belas inci dan sekerat tembakau.

Sudah menginjak angka ke-100 dan artinya telah hampir 3 tahun aku menjalani kehidupan bersama mereka.
Selanjutnya agak gak nyambung sih cuma kebiasaan aja tiap kali gak bisa tidur, larinya pasti ke tarian liar jari-jari ini ke tuts keyboard buat ngeluarin semua yg ada di otakku.


12.37 am

Kamu yang disana, yang selalu kukagumi.
Aku tahu tak akan pernah mungkin kaubaca tulisanku di malam ini.

Malam ini aku masih melukis wajahmu pada langit malam.
Tanpa ada sekerat bintang, hanya awan yang melingkupi langit yang mungkin malu menampakkan wajah cantiknya.
Namun, beberapa bintang mengembalikan angan ke masa jauh telah berlalu.

Tahukah kamu, kota kita berbeda, jauh.
Di kotaku ketika aku masih bocah,
aku berlari diantara kerlip, menari sendiri nikmati bebas lepas di semesta.
Meski belum terlalu mengerti,
kembara hati masih sama, meski  mungkin hanya fana.
Aku belajar untuk mengerti tak ada yang abadi.
Dunia itu dinamis selalu berubah.
Begitupun hati.

Aku takkan lagi bertanya rasa, getar setitik akan selalu ada.
Aku cuma orang bodoh yang hanya bisapercaya.
Percaya pada fana, percaya bahwa cinta itu kehendak bebas.
Mengelupaskan hati dan rasa hingga tertinggal beningnya.

Aku bisa bertahan kalau hanya mengagumi dari jauh.
Karena didalamku rasa menggelepar dalam semadi, dalam pendam gulita.
Aku bahkan mengagumi sebatang ranting pohon yang jatuh didepan mataku.

Malam menjelang pagi ini mulai kurasakan.
Butiran embun malam yang perlahan menyejukkan malam entah musim apa.
Mengagumi keindahan langit yang kadang terlupakan.
Sebab aku mengagumiNya. Sebab kau mengagumiNya.
Meski kita menyebut namaNya hanya dalam diam dan sepi.

No comments:

Post a Comment